Saya Tidak Percaya Menikah Itu Membawa Rejeki

 

Tapi itu dulu

Ya, dulu saya sama-sekali tidak percaya jika menikah membawa rejeki bagi orang yang menjalankannya. Setidaknya, itu yang saya pikirkan waktu itu.

Saat itu saya berfikir, bagaimana bisa rejeki atau penghasilan saya yang sebelumnya hanya untuk mencukupi kebutuhan saya sendiri, kemudian harus dibagi sebagian (besar) untuk kebutuhan istri, bisa bertambah? Bukankah harusnya justru berkurang?

Tapi pikiran saya saat itu mulai berubah setelah mulai merencanakan untuk menikah, waktu itu awal tahun 2017. Entah kenapa, gaji saya yang pas-pasan, yang biasanya selalu habis di akhir bulan untuk bayar kos, makan, dan jajan, jadi sering sisa semenjak merencanakan menikah. Padahal saya sama sekali belum kepikiran untuk menabung. Baru niat nikah aja!

Kemudian sekitar pertengahan tahun 2017, saya memutuskan untuk mencari pekerjaan di Jakarta, menyusul mantan pacar saya (sekarang sudah jadi istri saya _sih_) sekaligus memantapkan rencana pernikahan kami. Di Jakarta, alhamdulillah, saya langsung dapat pekerjaan dan tempat tinggalnya dicarikan oleh istri saya juga. Alhamdulillah lagi, di kantor baru saya itu, skill saya lebih dihargai sehingga saya bisa menabung lebih banyak, selain karena saya juga banyak belajar hal baru sebelum memutuskan pindah ke jakarta.

Dan dua bulan kemudian, istri juga mendapatkan pekerjaan di kantor lain dengan kenaikan gaji lebih dari 100%!
Sampai akhirnya, bulan Desember saya dan istri saya menikah. Tabungan selama kurang lebih tujuh bulan sudah sangat cukup untuk menikah waktu itu, karena memang pernikahannya dilangsungkan secara sederhana.

Setelah menikah, kami memutuskan entuk tinggal di Apartment Kalibata City. Pertimbangannya, lokasinya di tengah-tengah antara kantor istri saya di TB Simatupang dengan kantor saya di Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Dan setelah menikah, hal-hal yang dulu hanya jadi _kepinginan_ saja, satu-persatu mulai terwujud.

Omdjin & Ratri

Datangnya cobaan

Bukan kehidupan namanya jika tanpa cobaan. Sekitar bulan April kalau tidak salah, kantor memutuskan untuk membubarkan tim _Engineering_ untuk tujuan efisiensi pengeluaran, dengan opsi gaji hanya dibayar setengah dan dipersilahkan jika ingin sambil mencari pekerjaan di tempat lain.

Saya langsung gerak cepat waktu itu. Bagaimana tidak, kabar itu saya terima beberapa bulan sebelum bulan Ramadhan tiba. Meskipun tabungan masih ada, kepikiran juga dengan pengeluaran ekstra tiap bulan Ramadhan dan musim lebaran.

Saya pun percaya diri untuk mencoba melamar pekerjaan di Bukalapak dan Tokopedia. Selang waktu dua hari, saya mendapat email dari Tokopedia untuk melakukan online test dan mengerjakan tugas proyek sederhana. Kurang lebih proses wawancara sampai proses penawaran berjalan selama 2 minggu, sagat cepat sekali.

Waktu itu saya memutuskan untuk bisa join awal Juni, sehingga saya ada waktu istirahat selama hampir satu bulan haha. Lalu bagaimana dengan Bukalapak? Waktu itu email balasan dari Bukalapak baru dikirim setelah ada penawaran dari Tokopedia, jadi saya memutuskan untuk memilih yang pasti membutuhkan saya saja, dan tidak melanjutkan proses di Bukalapak.

Ketika datang cobaan, seringkali ada hikmah di baliknya. Tergantung bagaimana kita merespon cobaan tersebut. Cobaan pasti selalu datang, tindakan kita berikutnya yang menentukan apakah cobaan tersebut membuat kita naik kelas atau justru terpuruk.

Be the first to leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.